Kamis, 14 Februari 2013

PELIBATAN GENDER DAN MASYARAKAT MISKIN

Perempuan memiliki kebutuhan paling besar terhadap sanitasi, tetapi mereka jarang hadir dalam pertemuan perencanaan dan duduk dalam kepanitiaan. Ini mengurangi peluang investasi perempuan dalam berkelanjutan pelayanan sanitasi dan hiegene. Melibatkan perempuan dan laki dalam sebuah pertemuan dapat meningkatkan profil sanitasi dan hiegene dalam anggaran maupun program. Tetapi, situasi sebaliknya dapat terjadi untuk promosi sanitasi dan hiegene dalam rumah tangga karena promosi biasanya sekedar menjadikan perempuan sebagai sasaran, melalui PKK, Posyando, dan puskesmas. Namun, dalam hal pendanaan investasi sanitasi dan hiegenenya sendiri dan m emberikan contoh yang baik pada anak-anaknya. Oleh karena itu program promosi sanitasi dan hiegene diperlukan sekaligus bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk mencapai partisipasi yang lebih seimbang, kader-kader perkotaan dan LSM membutuhkan lebih banyak bantuan tenaga ahli teknis maupun sosial dan bekerjasama terus menerus pada program-program lima tahunan.
Disemua kota perempuan, laki-laki dan anak-anak miskin bekerja disektor informal: mengumpulkan, memilah dan mendaurulang sampah sebagai buruh dan beberapa diantaranya sebagai wirausahawan. 

Sabtu, 09 Februari 2013

Motivasi dan kebutuhan


Posisi kebutuhan kebutuhan menurut Maslow adalah bahwa sebagai salah satu menjadi lebih mandiri dan teraktualisasikan diri yang transenden, seseorang menjadi lebih bijaksana (mengembangkan kebijaksanaan) dan secara otomatis tahu apa yang harus dilakukan dalam berbagai macam situasi. 
Daniels (2001) mengemukakan bahwa kebutuhan menurut Maslow kesimpulan utama bahwa tingkat tertinggi aktualisasi diri yang transenden di alam mereka mungkin menjadi salah satu kontribusi paling penting untuk mempelajari perilaku manusia dan motivasi.

Kamis, 31 Januari 2013


JAMBIDAILY PENDIDIKAN-Gubernur Jambi, H Hasan Basri Agus (HBA) kembali menekankan urgensi atau sangat pentingnya pemberantasan buta aksara Al-Qur'an.
Hal itu disampaikannya dalam Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW 1434 H/2013 M, bertempat di Pondok Pesantren As'ad Olak Kemang, Kelurahan Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi, Sabtu siang (26/01).

Tema perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut adalah Perkuat Jati Diri Pesantren Sebagai Lembaga yang Mengkaderkan Ulama yang Amilin, Muttaqin, Sholihin, Mursyidin, dan Muhtadin Serta Sukses Dalam Musabaqoh Fahmil Kutubutturots (Mufakat) Tingkat Nasional Tahun 2014.

Gubernur menyatakan, pembenahan karakter bagi anak selaku generasi penerus sangat penting, salah satunya melalui pembacaan Kitab Suci Al-Qur'an.  Untuk itu, pemberatasan buta aksara Al-Qur'an sangat penting, tegasnya.

"Buta aksara ini merupakan tantangan bagi kita semua, terutama bagi para orangtua," ujar gubernur sembari mengajak para orangtua untuk benar-benar peduli dan berperan aktif dalam upaya pengentasan buta aksara Al-Qur'an.

Guna mengatasi permasalahan buta aksara Al-Qur'an tersebut, gubernur mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi Jambi telah menganggarkan Rp3,5 miliar untuk pengentasan buta aksara Al-Qur'an, bekerjasama dengan IAIN Sultan Thaha Syaifudin Jambi.
Bebeberapa bulan lalu saya meresmikan asrama mahasiswa Provinsi Jambi di Mesir,"Anak Jambi di Mesir lebih kurang 80 orang, alumni As'ad 6 orang. Para mahasiswa Jambi yang menempuh studi di Mesir menamai asrama mahasiswa tersebut Darul Hassan,"tambahnya.

Selanjutnya, gubernur memotivasi  anak-anak Pondok Pesantren As'ad untuk kuliah di Mesir.

Gubernur mengungkapkan, mulai tahun kemarin, tes untuk belajar ke Mesir sudah dilaksanakan di Jambi, sebelumnya di Palembang.

Berkaitan dengan dorongan bagi anak-anak Pondok Pesantren As'ad untuk menempuh studi di Mesir, gubernur mengingatkan para santriwan dan santriwati untuk mempersiapkan, pertama bahasa Arab termasuk juga bahasa Inggris, dan kedua Hafal Al-Qur'an.

Gubernur juga mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Jambi mempersiapkan membeli asrama mahasiswa di Yaman dan Amerika Serikat.

Disamping itu, gubernur menyatakan, tahun depan, akan diadakan Musabaqoh Fahmil Kutub atau Musabaqoh kitab-kitab kuning tingkat nasional di Seberang Kota Jambi.

Berkaitan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, gubernur mengatakan, Nabi Muhammad menjadi teladan bagi pemimpin bahwa para pemimpin harus memikirkan rakyat.

Turut hadir dalam acara tersebut, perwakilan Kantor Kementerian Agama Provinsi Jambi, perwakilan Dandim Batanghari, serta para undangan lainnya.(jambidaily.com/HMS)

Kemendikbud Garap Pendidikan Menengah Universal


BAB   I
PENDAHULUAN
By :
Idarianty
Mahasiswi S3 Kelas Jambi
Universitas Pakuan Bogor
Jln. Pakuan PO BOX 452 Bogor
E-mail: Idariantysubhi@ymail.com


A.  Latar Belakang Masalah
            Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengungkap, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki sejumlah program unggulan pada tahun depan. Salah satu program unggulan tersebut adalah Pendidikan Menengah Universal (PMU).“Program yang diandalkan pada 2013 adalah PMU, kemudian integrasi Ujian Nasional (UN) dan perguruan tinggi, pembentukan academy community, dan pelaksanaan World Culture Forum,” ujar M Nuh.[1]
Pertama, Sasaran PMU kata M Nuh, ingin mempercepat capaian Angka Partisipasi Kasar (APK). “Kalau tanpa PMU, APK 97 persen tercapai pada 2040. Tapi dengan adanya PMU bisa tercapai pada 2020,” ungkapnya.
Kedua, sasaran kedua PMU adalah mengurangi disparitas APK antarkabupaten/kota. Ada 253 kabupaten/kota yang APKnya di bawah rata-rata dan 71 kabupaten/kota yang APKnya di bawah 50 persen. “Kami ingin meningkatkan APK nasional bukan dengan meningkatkan kota/kapubaten yang nilainya sudah tinggi tapi dengan mengurangi gap dengan meningkatkan kabupaten/kota yang APKnya masih berada di bawah 50 persen.
Ketiga, PMU bertujuan memperbaiki komposisi SMA dan SMK atau dengan kata lain memperkuat pendidikan vokasi. “Dari komposisi 49:51 antara SMK dan SMA menjadi 55:45 dengan cara memberikan BOS serta mempermudah akses bangunan sekolah,” Terkait program integrasi UN, M Nuh mengungkapkan, pada 2013 ditargetkan UN bisa jadi paspor untuk masuk perguruan tinggi. “Makanya, UN harus bisa lebih kredibel. Peluang untuk contekan harus ditutup. Contoh dengan membuat variasi 20 bentuk soal. Jadi dalam satu kelas soalnya tidak ada yang sama,” tukasnya.[2]
Saat ini, tambahnya, diskusi boleh atau tidak UN sudah lewat masanya. Sekarang bagaimana meningkatkan kredibilitas dan substansi soal-soal UN untuk masuk perguruan tinggi. “Orang akan belajar semakin kuat demikian pula cara orang untuk semakin curang makin tinggi,” tandasnya.[3]
Dengan adanya integrasi UN dengan perguruan tinggi, masyarakat dapat menghemat biaya hingga sekira Rp120 miliar. “Satu anak untuk daftar ke perguruan tinggi mengeluarkan biaya Rp100-200 ribu untuk pendaftaran. Dengan menggunakan hasil UN saja akan mengirit biaya hingga Rp120 miliar. Anak pun semakin percaya diri untuk belajar ketika UN karena hasilnya akan dipakai untuk ke perguruan tinggi.” Sementara itu, program akademi komunitas (academy community), kata M Nuh, merupakan konsekuensi dari UU Dikti No.12 tahun 2012. “Akan dibangun bertahap akademi komunitas yang bisa dipakai untuk APK di perguruan tinggi dalam peningkatan tenaga kerja. Yang lulusan SMK/SMA bisa ditingkatkan menjadi D-1 dan D-2, serta mendukung MP3EI,” [4]katanya menjelaskan.
Untuk pelaksanaan World Culture Forum, menurut M Nuh, sebagai upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat kebudayaan dunia. Hal ini, lanjutnya, karena Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang kaya. “Kita satu-satunya yang punya keanekaragaman budaya yang kuat. Jadi bukan hanya teori tapi jadi bagian kehidupan kita.
Kegiatan ini serupa dengan DAVOS yang merupakan forum ekonomi dunia dan berpusat di Swiss serta forum lingkungan global yang berpusat di Brazil. Telah dibicarakan di UNESCO. Formatnya akan diadakan pertemuan yang berkala dan berkelanjutan paparnya”.[5]

B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan studi memahami  tentang,  (1) Mengapa program Pendidikan Menengah Universal disiapkan; (2) Apa sebenarnya yang dinamakan dengan Program Pendidikan Menengah Universal itu?

C. Tujuan dan Manfaat
            Tujuan studi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang Kurikulum baru Pendidikan Menengah Universal sebagai salah satu bahan pertimbangan oleh pengambil kebijakan dalam rangka melakukan evaluasi secara mendalam terhadap penerapan. PMU yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan kedepan.

BAB  II
P E M B A H A S A N

  1. Pemikiran Program Pendidikan Menengah Universal
Salah satu program pemerintah orde lama yang masih dipertahankan sampai saat ini adalah program Keluarga Berencana (KB). Keberhasilan program KB berupa turunnya pertumbuhan penduduk menjadi sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Akibatnya jelas, dari keberhasilan program tersebut maka terjadi perubahan struktur umur penduduk, yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk yang berada dalam usia produktif. Sementara di sisi lain jumlah penduduk yang ada dalam usia non-produktif mengalami penurunan.
Kondisi seperti di atas sering di kenal dengan bonus demografi. Bonus demografi ini sesungguhnya suatu kesempatan yang sangat langka. Mencermati kondisi tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)  menempatkan Pendidikan Menengah Universal (PMU) 12 tahun sebagai agenda yang harus dilaksanakan mulai tahun 2013.[6] Mendikbud menjelaskan :
 “Pendidikan Menengah Universal 12 Tahun ditempuh untuk menjaring usia produktif di Indonesia. Menteri Nuh menyampaikan terdapat bonus demografi untuk Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2035. Artinya, sepanjang rentang tahun ini terdapat kumpulan peserta didik usia yang potensial dan produktif “.[7] 
Pada periode bonus demografi ini pemerintah akan melakukan investasi besar-besaran dalam bidang pengembangan sumber  daya manusia (SDM) sebagai upaya menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan akses seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa untuk memasuki dunia pendidikan; mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai ke perguruan tinggi.

B.  Apakah Pendidikan Menengah Universal itu ?
Seperti yang tercantum pada Pasal 11 ayat (1) UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Oleh karenanya setiap warga Negara Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Dalam Pasal 17 Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 disebutkan pula bahwa ayat (1) pendidikan  dasar  merupakan  jenjang  pendidikan  yang  melandasi  jenjang pendidikan menengah. Ayat (2) tertulis bahwa pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Saat negara kita diberikan anugrah bonus demografi maka salah satu upaya pemerintah untuk mencermatinya adalah munculnya kebijakan Program Pendidikan Menengah Universal. Lalu Apakah  Pendidikan Menengah Universal itu  ?
Program pendidikan menengah universal tidak jauh beda dengan program pemerintah wajib belajar 12 tahun. Setelah sekian lama program wajib belajar 9 tahun berjalan, akhirnya akan diimplementasikan program wajib belajar 12 tahun. Dalam bahasa yang singkat pemerintah telah membuat kebijakan yaitu mewajibkan pendidikan bagi peserta didik minimal sampai pada tingkatan sekolah menengah, baik itu SMA/MA ataupun SMK.
Dalam Pasal 18 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa (1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar; (2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. (3) Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. 
Pendidikan menengah (sebelumnya dikenal dengan sebutan sekolah lanjutan tingkat atas atau SLTA) adalah jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah umum diselenggarakan oleh sekolah menengah atas (SMA) (sempat dikenal dengan "sekolah menengah umum" atau SMU) atau Madrasah Aliyah (MA). Sedangkan pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan oleh sekolah menengah kejuruan (SMK) atau madrasah aliyah kejuruan (MAK).
Pendidikan menengah kejuruan dikelompokkan dalam bidang kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, dunia industri/dunia usaha.

Rapendik Chat

Aku Mengerti

Pendidikan Jarak Jauh

Siaran Radio Pendidikan

 chating
 arti
 pjj
 srp
*.[8]
Gagasan program Pendidikan Menengah Universal tersebut dilandasi kesadaran pemerintah untuk jumlah lulusan SMA/MA atau SMK dan yang sederajat  di segenap penjuru di tanah air.
Dengan program pendidikan menengah universal, diharapkan lulusan SMA/MA atau SMK semakin meningkat sehingga secara usia dan kompetensi mampu bersaing di dunia kerja. selain sekolah universal mungkin juga perlu ada guru universal, dimana guru kembali pada slogan lama yakni guru di gugu dan di tiru, saat ini sepertinya slogan itu telah jauh di tinggalkan
C. Pendidikan Menengah Universal maksimalkan SDM RI.
Pendidikan menengah universal yang menjadi program baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mungkin masih terasa asing di telinga masyarakat. Lantas, apa alasan Kemendikbud menggagas program pendidikan ini?
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh menyebutkan, gagasan program pendidikan menengah universal dilandasi kesadaran pemerintah dalam hal ini Kemendikbud untuk meningkatkan jumlah lulusan SMA di Tanah Air.
Hal ini, lanjutnya, terkait menjelang peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. "Kami ingin memberikan makna pada 100 tahun kemerdekaan RI. Dan 2045 itu tidak sebentar. Maka, karena tahun ini sudah digagas, Insya Allah sudah terealisasi," kata M Nuh. [9]
Dia mengungkapkan, terdapat dua alasan mengapa pendidikan menengah universal ini dapat dilaksanakan di Indonesia. Keduanya terkait jumlah sumber daya manusia di Nusantara.[10]
Alasan pertama, kata M Nuh, Indonesia memiliki usia produktif yang tinggi pada rentang waktu 2010-2045. "Keadaan ini disebut bonus demography”. Maka, mumpung masih muda dengan populasi yang sangat banyak pula, mereka harus diarahkan untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Karena jika tidak, akan sangat terlambat. Sebab ketika usia semakin tua, semangat untuk mengenyam pendidikan semakin berkurang, tuturnya.
Mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITs) Surabaya ini mengatakan, alasan kedua, untuk melaksanakan program tersebut adalah menghindari terjadinya bonus disaster. "Kuantitas usia produktif di Indonesia, jika tidak diarahkan untuk menempuh pendidikan, maka setelah 2040, Indonesia akan memasuki fase aging society yaitu ketika usia tua sangat banyak dibandingkan dengan penduduk usia produktif," katanya menjelaskan.
Menurutnya, dengan pendidikan menengah universal, 97 persen anak-anak usia 16-18 tahun merupakan lulusan sekolah menengah pada 2020 mendatang. "Sehingga 20 tahun kemudian, para lulusan SMA tersebut sudah bisa menjadi sarjana atau dokter," ujar M Nuh.[11] Salah satu kebijakan pemerintah berupa Persiapan Pendidikan Menengah Universal yang direncanakan berlaku mulai 2013.

D. Strategi Implementasi PMU
Guna mempersiapkan implementasi dan strategi Pendidikan Menengah Universal (PMU), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), mengumpulkan praktisi dan pemangku kepentingan pendidikan dalam sebuah lokakarya nasional. Lokakarya yang mengambil tema "Modalitas dan Strategi Implementasi Pendidikan Menengah Universal" ini diadakan untuk menggali dan menghimpun seluruh sumber daya yang ada maupun analisis kebutuhan untuk implementasi PMU.
"PMU memiliki daya ungkit yang besar dan memiliki fungsi hubung yang relevansinya erat dengan indeks pembangunan manusia yang lebih baik. Tidak berlebihan jika PMU dijadikan perhatian dan hajat kita bersama.”[12]  
PMU merupakan program yang ditujukan untuk perluasan akses masyarakat terhadap pendidikan menengah dan akselerasi APK pendidikan menengah. Untuk melebarkan akses tersebut, PMU memerlukan strategi dan modalitas yang memadai.[13] Kata Khairil, akan dicari bagaimana memahami modalitas sumber daya dan lainnya, sehingga bisa disusun strategi.
Selain melebarkan akses masyarakat ke pendidikan menengah, PMU juga merupakan program antisipasi untuk menyambut bonus demografi Indonesia yang terjadi dari tahun 2010-2030 mendatang. Melalui PMU, kualitas tenaga kerja di Indonesia akan bergeser positif. Minimal tenaga kerja yang sekarang masih banyak yang lulusan SD, akan bergeser menjadi lulusan sekolah menengah atas.
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Hamid Muhammad, dalam paparannya mengatakan, PMU memiliki manfaat lain yang signifikan. Program wajib belajar (wajar) sembilan tahun yang telah berhasil dilakukan memiliki konsekuensi logis menimbulkan pengangguran atau tenaga kerja muda baru jika tidak dilanjutkan ke jenjang berikutnya.[14] Karena adanya wajib belajar memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi, kesehatan, pendapatan, dan daya saing bangsa. 
"PMU akan mendukung pencapaian target Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan menjawab tantangan persaingan global yang membutuhkan sumber daya manusia berpendidikan. Karena pendidikan menengah memiliki kontribusi positif terhadap kehidupan bersosial dan berpolitik," katanya.
Lokakarya ini juga akan mengelaborasi strategi-strategi implementasi PMU. Strategi tersebut mengacu pada pencapaian target APK pendidikan menengah sebesar 97 persen pada 2020 mendatang.[15]
Lulusan SMA dan sederajat diharapkan menjadi tenaga kerja siap pakai.
**.[16]

E. Pendidikan Menengah Universal Tahun 2013

Untuk mencapai sasaran tersebut maka ada beberapa program yang dilaksankan yaitu:
1. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) utnuk Sekolah Menengah akan ditingkatkan menjadi kisaran Rp. 1.000.000,- tiap anak tiap tahunnya.
2. Bantuan Siswa Miskin (BSM) yang akan diberikan kepada siswa miskin yang jumlahnya antara 25% sampai dengan 30% dari jumlah siswa. Sehingga kesempatan untuk sekolah bagi siswa miskin akan semakin besar.
3. Pemberian dukungan bantuan kepada satuan pendidikan dengan bantuan Ruang Kelas Baru (RKB) yang pada tahun 2013 direncanakan mencapai 16.000 RKB, selain itu juga akan diberikan bantuan untuk Unit Sekolah Baru (USB). Hal tersebut untuk meningkatkan daya tampung siswa sekolah menengah.
4. Pemberian tunjangan kepada tenaga pendidik serta kependidikan serta penambahan tenaga pendidik baru dengan berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten kota masing-masing.
Untuk menunjang pelaksanaan PMU dibutuhkan data pendidikan yang akurat sehingga bantuan dapat diberikan secara adil kepada mereka-mereka yang membutuhkan. Kedepan bantuan tidak didasarkan pada proposal yang masuk, namun berdasarkan data yang di berikan masing-masing sekolah kepada pusat melalui pendataan online (PAS).

F. Kemdikbud Gelar Uji Publik Pengembangan Kurikulum 2013
***.[17]
Guna melakukan penyempurnaan kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar uji publik.[18] Hadir dalam acara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Mohammad Nuh, DEA., pejabat eselon I dan II di lingkungan Kemdikbud, Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat, pejabat eselon I dan II di lingkungan Kementerian Agama, praktisi dan pengamat pendidikan, dan guru.
Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Prof. Khairil Anwar Notodiputro, MS., uji publik dimaksudkan, “Untuk mengkomunikasikan prosedur dan hasil pengembangan kurikulum 2013 yang telah dihasilkan dari proses yang panjang dan melibatkan berbagai unsur, baik tim internal kementerian, tim inti, tim nara sumber, serta para cerdik cendekia yang peduli terhadap pendidikan di negara kita.”
Tim nara sumber, berasal dari berbagai kalangan. Diantaranya adalah Prof. Yuwono Sudarsono, Dr. Bambang Widianto, M.A., Ratna Megawangi, Ph.D., Prof. Anis Baswedan, Prof. Yohanes Surya, Gunawan Mohamad, Dr. Taufik Abdullah, Prof. Muchlis, dan Dr. Suparno Satira.[19] 
Melalui uji publik diharapkan diperoleh masukan dari berbagai pemangku kepentingan di dunia pendidikan dan mendapatkan dokumen kurikulum 2013 berdasarkan masukan tersebut.   
“Tidak kalah pentingnya, melalui uji publik ini, diharapkan bisa mengetahui peta dukungan publik terhadap pengembangan kurikulum 2013” .
Selain di Jakarta, uji publik juga akan digelar di seluruh Indonesia. Kemdikbud juga menyediakan laman daring yang memudahkan masyarakat memberi masukan ihwal kurikulum 2013, yaitu
Kamis malam, 29 November 2012, Mohammad Nuh memaparkan konsep dan kebijakan pengembangan kurikulum 2013, sekaligus membuka acara. Kemudian pada Jumat, 30 November 2012, acara dilanjutkan dengan uji publik dalam bentuk diskusi fokus dan kelompok yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Hari terakhir, 1 Desember 2012, diagendakan perumusan hasil uji publik.

BAB  III
P E N U T U P

A.  KESIMPULAN
Pendidikan Menengah Universal akan mendukung pencapaian target Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan menjawab tantangan persaingan global yang membutuhkan sumber daya manusia berpendidikan. Karena pendidikan menengah memiliki kontribusi positif terhadap kehidupan bersosial dan berpolitik.
Dengan program pendidikan menengah universal, diharapkan lulusan SMA/MA atau SMK semakin meningkat sehingga secara usia dan kompetensi mampu bersaing di dunia kerja. selain sekolah universal mungkin juga perlu ada guru universal, dimana guru kembali pada slogan lama yakni guru di gugu dan di tiru, saat ini sepertinya slogan itu telah jauh di tinggalkan

B. SARAN
Melalui uji publik diharapkan diperoleh masukan dari berbagai pemangku kepentingan di dunia pendidikan dan mendapatkan dokumen kurikulum 2013 berdasarkan masukan tersebut.   
Tidak kalah pentingnya, melalui uji publik ini, diharapkan bisa mengetahui peta dukungan publik terhadap pengembangan kurikulum 2013 . Selain di Jakarta, uji publik juga akan digelar di seluruh Indonesia. Kemdikbud juga menyediakan laman daring yang memudahkan masyarakat memberi masukan ihwal kurikulum 2013, uji publik dalam bentuk diskusi fokus dan kelompok yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.


[1] Jakarta,  ketika ditemui Okezone di ruang kerjanya di Kemendikbud, Rabu (15/8/2012).
[2] M.Nuh. (2012). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
[3] Ibid. (2012).
[4] Ibid
[5] Ibid 
[6] Dalam Rapat Koordinasi (Rakor) dengan Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat, Selasa (6/3),
[7] http://www.kemdiknas.go.id/laman/berita/279) 
[9] Kemendikbud di Senayan Jakarta Selatan: Selasa (6/3/2012).
[10] Mohammad Nuh, "Bangkitnya Generasi Emas Indonesia” sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada peringatan Hari Pendidikan 2 Mei 2012.
[11] Sumber: kampus.okezone.com. tanggal 12 Desember 2012.
4Khairil Anwar Notodiputro, Kemdikbud Kepala Balitbang saat membuka lokakarya nasional di Jakarta: Selasa (6/11).
5 Jakarta, Dalam acara lokakarya yang berlangsung dari tanggal 6-8 November 2012. 
[14] Hamid Muhammad, Direktur Jenderal Pendidikan dalam paparannya, dalam acara lokakarya. Jakarta: Selasa (6/11).
[15] (Sumber : www.kemendikbud.go.id) tanggal 12 Januari 2013. 
[16] Muhamad Solihin. Lulusan SMA dan sederajat diharapkan menjadi tenaga kerja siap pakai.             ( Sumber: VIVA News.) 
[17] Prof. Khairil Anwar Notodiputro, MS
[18] Dikdas, Uji publik digelar di Hotel Mega Anggrek, Jakarta Barat:  pada 29 November-1 Desember 2012.

Selasa, 29 Januari 2013

MAKALAH KELOMPOK
ARTIKEL
PENDIDIKAN, KUALITAS ANGKATAN KERJA
DAN PERTUMBUHAN BANGSA
Eric A. Hanushek; dennis d. Kimko
The american economic review,
Vol.90, no.5 (dec.,2000),1184-1208
The american economic review is currently
published by american economic association
MATA KULIAH
 EKONOMI PENDIDIKAN
PROGRAM S3
 UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
2012
Pendidikan, Kualitas Tenaga Kerja
 dan Pertumbuhan Bangsa

Oleh
Eric A.Hanushek And Dennis D. Kimko

Abstrak

Tindakan langsung angkatan kerja berkualitas dari matematika internasional dan nilai ilmu pengetahua, tes  berkaitan erat dengan pertumbuhan. Uji spesifikasi tidak langsung umumnya konsisten dengan hubungan sebab akibat, belanja langsung pada sekolah tidak berhubungan dengan perbedaan prestasi siswa, efek perkiraan pertumbuhan peningkatan angkatan tenaga kerja berkualitas tahan ketika ketika negara-negara Asia Timur dikecualikan, dan, akhirnya perbedaan kualitas rumah negara imigran secara langsung berkaitan dengan  pendapatan AS jika imigran dididik di negeri mereka sendiri tetapi tidak di Amerika Serikat.
Perkiraan terakhir dari efek produktivitas mikro, bagaimanapun, memperkenalkan ketidak pastian mengenai besarnya efek pertumbuhan. (JEL 040, 120, J24)

            Analisis teoritis perbedaan internasional baru-baru ini dalam tingkat pertumbuhan telah memusat perhatian pada peran modal manusia. Sebagian besar Studi empiris lintas negara dari pertumbuhan ekonomi jangka panjang saat ini mencakup beberapa wakil untuk modal manusia, dan ini selalu signifikan. Keterbatasan data telah,bagaimanapun, memaksa kompromi yang parah. Analisis Sejajar penentuan upah, implementasi empiris hampir selalu mempekerjakan beberapa ukuran tersedia dari jumlah sekolah formal untuk mencerminkan modal manusia tetapi ini tampaknya tidak mencukupi. Analisis perbedaan internasional dalam tingkat pertumbuhan di sini menunjukkan bahwa matematika dan ilmu pengetahuan merupakan komponen utama sumber daya manusia yang relevan untuk angkatan kerja. Keterampilan kognitif dari penduduk tidak cukup diwakili oleh ukuran jumlah sekolah atau ukuran sumber daya yang ditujukan ke sekolah-sekolah. Laporan untuk perbedaan kualitas angkatan kerja secara signifikan meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan tingkat pertumbuhan.
            Dua masalah timbul dalam mempertimbangkan pengaruh sumber daya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi, bagaimana seharusnya hubungan apapun ditentukan dan bagaimana seharusnya sumber daya manusia dapat diukur? Fokus dari makalah ini adalah masalah kedua. Makalah ini tidak mempertimbangkan formulasi alternatif hubungan pertumbuhan yang mendasari melainkan adalah aplikasi langsung dari model pertumbuhan endogen dikembangkan teoritis oleh berbagai orang. Dalam formulasi sederhana, tingkat pertumbuhan dipengaruhi oleh ide-ide dan penemuan, yang pada gilirannya berhubungan dengan stok modal manusia baik melalui penelitian dan pengembangan (R & D) kegiatan atau melalui perilaku adopsi.
            Formulasi ini menunjukkan tidak hanya mengapa modal tingkat manusia tapi juga mengapa tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi.
Penyelidikan sebelumnya pertumbuhan telah berkonsentrasi pada berbagai langkah kegiatan pendidikan formal sebagai proxy untuk modal manusia yang relevan. Ukuran yang paling sering digunakan adalah baik sekolah dasar atau menengah angka partisipasi, yang digunakan, misalnya, di Romer dll
Variabel sekolah aliran ini, bagaimanapun, tidak akan akurat mewakili baik saham terkait sumber daya manusia dari angkatan kerja atau bahkan perubahan saham selama periode transisi demografi dan pendidikan. Untuk mengatasi masalah ini, Barro dan Jong Wha Lee (1993) mempelopori pengembangan variabel sekolah yang lebih baik saham melalui penggunaan survei negara individu dan data sensus.
Masalah menantang diperjelas oleh alternatif ini, bagaimanapun, datang dari kurangnya penyesuaian untuk kualitas sekolah. Hanya sedikit penduduk, akan percaya bahwa satu tahun sekolah menengah di Amerika Serikat adalah setara dengan satu tahun pada tingkat kelas yang sama di Mesir. Memang, Barro (1991) mengeksplorasi inklusi dari perbedaan sumber daya sekolah yang nyata sebagai ukuran kasar dari perbedaan kualitas di negara-negara di regresi pertumbuhannya. Sementara ia menemukan bahwa rasio guru, murid di sekolah dasar pada tahun 1960 memiliki hubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, rasio guru murid di sekolah menengah secara statistik tidak signifikan dengan tanda positif memberikan sedikit keyakinan bahwa ini cukup menangkap perbedaan kualitas apa pun di sekolah. Ada juga masalah konseptual dengan banyak formulasi modal manusia model pertumbuhan, karena pertumbuhan lanjutan yang timbul dari modal manusia sering memerlukan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam modal manusia. Namun, untuk alasan investasi sederhana satu tidak berharap bahwa tahun sekolah akan berkembang secara tak terbatas. Ketika diutarakan dalam hal keterampilan kognitif dan kualitas modal manusia, bagaimanapun, pertumbuhan yang berkualitas terus-menerus lebih alami, dan model pertumbuhan yang mendasarinya jauh lebih mudah ditafsirkan.
            Makalah ini membahas masalah ukuran kualitas tenaga kerja secara langsung. Daripada berkonsentrasi pada langkah-langkah konvensional input sekolah, bagaimana membangun ukuran kualitas berdasarkan performence  kognitif mahasiswa pada tes internasional berbagai prestasi akademik dalam matematika dan ilmu pengetahuan. Buruh perbedaan kualitas kekuatan diukur dengan cara ini terbukti memiliki efek yang sangat kuat pada tingkat pertumbuhan.
Pengamatan langsung keterampilan kognitif tersedia untuk 39 negara yang berpartisipasi dalam ketetapan internasional prestasi siswa setidaknya sekali, meskipun hanya 31 negara juga memiliki pengukuran pementasan ekonomi yang diperlukan untuk estimasi pertumbuhan selanjutnya. Langkah-langkah kualitas dapat diperluas ke negara-negara lain dengan nilai imputing hilang dari regresi skor tes internasional.
            Langkah-langkah kualitas dapat diperluas ke negara-negara lain dengan nilai imputing hilang dari regresi skor tes internasional. Dalam kedua bagian dengan pengujian langsung dan dalam kumpulan data ditambah, kesimpulan kualitatif yang sama tentang memegang pertumbuhan, Buruh kualitas kekuatan signifikan dengan tanda yang benar bahkan ketika jumlah sekolah cenderung kehilangan signifikansi. Mengukur kualitas juga cukup kuat dalam arti Levine dan Renelt (1992) menjadi tahan terhadap spesifikasi empiris yang tepat. Selain itu, langkah-langkah kualitas sangat penting untuk menjelaskan negara mana yang di atas dan di bagian bawah pendistrubusian tingkat pertumbuhan ekonomi.
            Investigasi dari empiris pertumbuhan seperti ini selalu tunduk pada berbagai pertanyaan penting dan kualifikasi terkait dengan karakterisasi bergaya ekonomi yang berbeda dan ketidakjelasan tentang struktur kausal yang mendasari. Sementara instrumen variabel strategi dengan masalah kausalitas tidak praktis, bahwa yakin tiga strategi yang berbeda yang menunjukkan keseluruhan telah mengidentifikasi elemen-elemen penting dari struktur kausal pertumbuhan.
Pertama, jika pertumbuhan kuat menyebabkan negara-negara untuk meningkatkan investasi di sekolah, pertumbuhan dapat menyebabkan prestasi meningkat. Dua, estimasi model AS pembelajaran bagi imigran yang berhubungan terhadap negara, sekolah dan estimasi kognitif  kualitas tenaga kerja menunjukkan bahwa langkah-langkah kualitas  secara langsung berhubungan dengan keterampilan angkatan kerja dan produktivitas individu. Ketiga, tes hanya bisa menunjukkan dengan tepat pertumbuhan yang tinggi dari negara-negara Asia Timur yang juga mencetak nilai tinggi pada tes internasional. Hasil pertumbuhan di sini, bagaimanapun, tahan selama sampel negara-negara yang mengecualikan berbagai himpunan bagian dari negara-negara Asia Timur, meskipun dengan kekuatan yang agak rendah.
            Yang hati-hati salah satu tes melibatkan besarnya dampak kualitas estimasi pertumbuhan. Perkiraan produktivitas mikro bagi imigran, yang memiliki lebih sederhana dampak pendapatan perbedaan kualitas daripada yang ditemukan dalam persamaan pertumbuhan, menunjukkan kepastian mengenai besarnya potensi pertumbuhan efek kausal. Tergantung pada bagaimana efek tingkat perbedaan produktivitas dalam efek pertumbuhan, dampak kualitas bisa terasa lebih kecil daripada yang diperkirakan dalam persamaan pertumbuhan meningkatkan kemungkinan faktor lainnya dihilangkan. Meskipun demikian, bahkan dengan ketidakpastian tentang besaran, dapat menyimpulkan bahwa tenaga kerja berkualitas angkatan secara langsung berhubungan dengan produktivitas dan pertumbuhan.
1.  Pengukuran Kualitas Tenaga Kerja
Deskripsi kualitatif sumber daya manusia, bila dianggap, umumnya berasal dari salah satu dari dua sumber, ukuran input sekolah (seperti pengeluaran untuk gaji guru) atau tindakan langsung langkah-langkah keterampilan kognitif memiliki keuntungan yang signifikan dari perbedaan kualitas memungkinkan untuk muncul dari faktor-faktor di luar sekolah formal, sementara menggunakan ukuran input sekolah memiliki keuntungan potensial jika aspek penting dari modal manusia yang relevan hanya sebagian diukur dengan tes kognitif. Sementara mempertimbangkan kedua alternatif, pusat analisis ini adalah pengembangan dan penggunaan serangkaian langkah-langkah yang konsisten mengukur kemampuan kualitas kognitif.
Perbandingan prestasi kognitif di negara-negara kapitalisasi pada enam tes internasional sukarela pada prestasi siswa dalam matematika dan ilmu pengetahuan yang dilakukan selama tiga dekade terakhir. Empat diberikan oleh Asosiasi Internasional untuk evaluasi prestasi pendidikan dan dua oleh Penilaian Internasional kemajuan pendidikan.
Konsentrasi pada matematika dan ilmu pengetahuan sesuai dengan penekanan teoritis tentang pentingnya kegiatan penelitian dan pengembangna sebagai sumber tentang pentingnya kegiatan dan pengembangan sebagai sumber pertumbuhan. Siswa yang mampu dengan pemahaman yang baik tentang matematika dan ilmu pengetahuan membentuk kelompok calon insinyur dan ilmuan. Setidaknya untuk AS Jhon Bishop memberikan konfirmasi terpisah dari pentingnya matematika dalam menentukan produktifitas individu dan pendapatan. Selain itu, sementara beberapa informasi tes untuk mata pelajaran lainnya, tidak dapat dibandingkan dengan mudah antara matematika dan nilai ilmu pengetahuan, karena tidak digunakan dalam hal ini.
Untuk mengembangkan ukuran tunggal kualitas tenaga kerja, menggabungkan semua informasi pada matematika internasional dan tes ilmu pengetahuan yang tersedia untuk setiap negara sampai pada tahun 1991. Pengujian tidak secara langsung mengukur ketrampilan saham pekerja (yang menerima pendidikan mereka di berbagai waktu), meskipun campuran tes yang berbeda digunakan perkiraan rentang waktu tidak relevan. Sedangkan data yang sulit didapat, anggapan umum adalah bahwa kualitas sistem pendidikan berkembang perlahan-lahan dari waktu kewaktu, sebagian berkaitan dengan stasioneritas dari teknologi pengajaran dan omset lambat dari guru dan tenaga lainnya. Pendekatan penggabungan skor bertujuan untuk memperkirakan kumpulan ketrampilan angkatan kerja, meskipun demikian, menghalangi setiap pertimbangan bagaimana kualitas dan pertumbuhan diperkirakan berkembang atas setiap subperiods. Dua pendekatan yang diambil untuk menggabungkan tes terpisah tersedia untuk masing-masing negara.
Dua puluh enam kinerja seri mencerminkan usia yang berbeda, skor subtes, dan tahun yang tersedia (untuk berbagai himpunan bagian dari negara), dan seri ini memiliki rata-rata persen yang berbeda. Metode ringkasan pertama menggunakan transformasi perkalian untuk mengkonversi setiap seri kinerja dengan rata-rata 50.
Transformasi ini bergantung pada asumsi yang kuat bahwa antar waktu di dunia ilmu pengetahuan dan kinerja matematika adalah konstan dan bahwa negara-negara mengambil tes imbang acak dari distribusi dunia. Metode kedua menggabungkan informasi tambahan yang disediakan oleh informasi seri waktu dari penilaian Nasional kemajuan pendidikan. Langkah-langkah kualitas sekolah yang dibangun untuk masing-masing negara adalah rata-rata tertimbang atas semua nilai tes yang tersedia berubah dimana bobot adalah (normalisasi) kebalikan dari standar kesalahan negara tertentu.
Gambar 1 memberikan suatu gambaran grafis dari informasi tes yang tersedia dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, nilai untuk setiap kelompok usia dan subtes digabungkan menjadi skor satu negara pada setiap enam penilaian yang mendasari (dengan dunia berarti untuk setiap set penilaian terhadap 50). Kualitas ukur kemudian digunakan untuk masing-masing negara menggabungkan nilai ini di tahun-tahun untuk mendapatkan ukuran tunggal.

2.  Efek Kualitas pada Pertumbuhan
Rumusan yang mendasari membimbing pekerjaan empiris berikut dari model pertumbuhan endogen dimana tingkat pertumbhan suatu negara secara langsung berkaitan dengan stok modal manusia. Berbagai formulasi yang mendasari menunjukkan empiris ini. Formulasi pertumbuhan endogen adalah, tentu saja, bukan satu-satunya model dari perbedaan pertumbuhan, dan konversi yang dapat dipertimbangkan tentang formulasi terbaik.
Bagian dari perdebatan secara teoritis didasarkan, sebagain besar terkait dengan sifat jangka panjang dari model alternatif. Bagian ini didasarkan secara empiris. Isu mendasar untuk spesifikasi empiris adalah apakah saham modal manusia atau perubahan stok modal manusia harus masuk kedalam penentuan tingkat pertumbuhan. Jika pendidikan dipandang sebagai masukan langsung ke reproduksi, maka tingkat pertumbuhan akan dikaitkan ke pemasukan yang berbeda dan perubahan dalam manusia akan menjadi faktor penjelas yang relevan dalam pertumbuhan. Berbagai aspek dari nodel-model alternatif telah diuji, tetapi hasilnya, yang tergantung pada formulasi spesifik dan implikasi, belum konklusif.
Pada tabel 2 melaporkan hasil kemunduran dasar silang negara menggambarkan pertumbuhan rata-rata GDP riil per kapita antara tahun 1960 dan 1990. Ini dimulai dengan satu set kecil faktor penentu tingkat pertumbuhan dan menyelidikibesarnya dan stabilitas pengaruh kualitas angkatan kerja yang lebih tinggi.
(Rumus 1-3), Pertumbuhan bangsa ditentukan oleh kualitas angkatan kerja ditambah vektor dari persamaan faktor lain, sementara pertumbuhan juga berkontribusi bersama dengan faktor lain W untuk menentukan jumlah sumber daya yang ditujukan untuk sekolah-sekolah dan produksi modal manusia. Formulasi ini menyoroti fakta bahwa pemerintah tidak dapat secara langsung mempengaruhi hasil melainkan harus mengejar berbagai kebijakan tidak langsung yang bergantung pada organisasi sekolah dan fungsi produksiyang mendasarinya. Jika demikian, sumber daya dalam kombinasi dengan input lainnya (Z) menentukan kualitas tenaga kerja, estimasi sederhana dari persamaan tidak akan memberikan perkiraan efek kausal kualitas pada pertumbuhan. Sebaliknya estimasi juga akan mencerminkan dampak pertumbuhan pada kualitas, diwujudkan dalam parameter struktural n dan n.
Asumsi sementara bahwa kemampuan rata-rata siswa tingkat internasional tidak bervariasi di seluruh negara (atau setidaknya adalah eksogen dengan penentu lainnya dipertimbangkan disini), berkosentrasi pada standar, ukuran sumber daya yang tersedia dan karekteristik kumpulan populasi. Untuk model pertumbuhan sebelumnya untuk mengukur kualitas angkatan kerja keseluruhan, yang mengarah ke agresi dari nilai tes yang berbeda menjadi sebuah ukuran tunggal untuk masing-masing negara.
Tabel 3 menampilkan beberapa variasi dari model produksi, bahwa variasi dalam sumber daya sekolah tidak memiliki efek yang  kuat pada hasil tes, efek yang diperkirakan dari berbagai ukuran sumber daya baik secara statistik tidak signifikan atau lebih sering, namun secara statistik signifikan dengan tanda tak terduga. Temuan ini memegang terlepas dari ukuran tertentu sumber daya sekolah apakah rasio murid guru, pengeluaran berulang persiswa, total belanja per siswa, atau berbagai langkah-langkah lain. Pendidikan orang tua, di proksikan dengan jumlah sekolah dari populasi orang dewasa, cenderung positif dan signifikan pada tingkat konvensional. Juga negara dengan tingkat pertumbuhan populasi yang lebih tinggi cenderung memiliki prestasi yang lebih rendah, konsisten dengan argumen standar mengenai sasaran antara kuantitas dan kualitas anak dan dampak dari ukuran keluarga yang lebih besar. Model alternatif Tidak ditampilkan) termasuk variabel contoh wilayah dunia, tetapi ini tidak mengubah salah satu dari efek sumber daya sekolah diperkirakan. Paling signifikan, efek yang merugikan dari rasio murid guru bukan merupakan artefak yang sederhana dari ukuran kelas besar ditemukan di banyak negara-negara asia timur. Dari struktur pengujian dapat mempengaruhi pola kinerja yang diamati. Variasi dalam kehadiran di sekolah dapat menyebabkan variasi dalam skor karena efek seleksi murni, karena negara-negara dengan penyelesaian tingkat sekolah menengah untuk periode lima tahun yang mencakup program pengujian tertentu.
Angka partisipasi sekolah menengah adalah seragam positif dan secara statistik tidak signifikan (kebalikan dari apa yang bisa  diharapkan dari efek seleksi penting), sedangkan pola efek sumber daya sekolah tidak terpengaruh. Suatu pertimbangan signifikan dengan analisis hubungan pertumbuhan lintas negara sebelumnya telah menjadi kemungkinan simultanitas negara yang berkembang pesat cenderung untuk berinvestasi dalam pendidikan lebih, menanam lebih banyak dan peralatan sejenisnya. Pengaruh pertumbuhan pada pengembangan sumber daya manusia, sebagai lawan sebaliknya, secara khusus ditekankan. Kurangnya pendapatan sistematis dan efek pengeluaran untuk kualitas angkatan kerja memperkuat interpretasi kausal kualitas angkatan kerja di model pertumbuhan, karena n=0 menghilangkan putaran umpan balik dalam persamaan 1-3.

3. Suatu contoh Perluasan Negara-Negara
Untuk mengeksplorasikan perbedaan pertumbuhan antara negara-negara lain secara signifikan memperluas kelompok negara yang dianalisis dan memproyeksikan angkatan kerja berkualitas berdasarkan  karekteristik yang diamati. Strategi estimasi berkonsentrasi pada persamaan 1 dan 3 diatas.
Tujuan utama adalah mengembangkan persamaan proyeksi dan mempekerjakan model diperluas yang melampaui perkiraan fungsi produksi sebelumnya. Seperti terlihat pada tabel  4, tiga faktor dasar, umumnya penting dalam menentukan variasi dalam kualitas angkatan kerja. Tingkat pendaftar sekolah dasar sangat mempengaruh kinerja, mungkin dengan demikian menunjukkan keseluruhan pentingnya bahwa setiap negara menempatkan pada pendidikan. Tingkat pertumbuhan populasi yang lebih tinggi diasosiasikan dengan kualitas angkatan kerja yang rendah. Akhirnya perbedaan regional mempengaruhi kinerja dengan negara-negara Asia melakukan yang terbaik (mengingat karekteristik lain). Jumlah rata-rata sekolah umumnya positif terkait dengan kinerja, meskipun biasanya tidak signifikan pada tingkat konvensional. Sumber daya sekolah tidak lagi sangat berkaitan dengan kualitas. Tanda positif salah untuk rasio murid-guru muncul apakah atau tidak ada contoh variabel untuk wilayah Asia, sebuah wilayah dengan rasio murid-guru tradisional dan kinerja siswa yang tinggi.
Langkah-langkah pembelanjaan, sementara positif secara statistik tidak signifikan dalam rumus QL1 dan QL2, yang menggabungkandata pengujian yang diamati dengan prediksi kualitas dari semua Negara tanpa uji data yang diamati tetapi dengan data pada tindakan sisi kanan.Sebuah pertimbangan yang signifikan namun secara relative beberapa negara-negara berkembang yang pernah berpartisipasi dalam pengujian, menyiratkan pengamatan terbatas pada akhir pencapaian distribusi yang rendah, karena ketepisan pengamatan di bawah pada gambar 1, perkiraan pertumbuhan utama menghilangkan semua negara dengan prestasi diperkirakan di bawah 20, batas bawah pengamatan yang sebenarnya.
Estimasi pertumbuhan selanjutnya, bagaimanapun, sangat tidak sensitif terhadap kriteria sampling. Juga ada terbukti menjadi sedikit perbedaan antara dua ukuran kualitas angkatan kerja, yang memiliki korelasi sederhana dari 0,95 dalam sampel negara tambahan.
Levine dan Renelt, berbagai langkah-langkah umum ekonomi lainnya dari ditambahkan (tidak ditampilkan), tetapi pentingnya perbedaan kualitas tetap baik dalam hal kekuatan konsisten dan signifikansi statistik. Barro dan lainnya telah menekankan berbagai faktor politik yang dapat mempengaruh pertumbuhan. Ketika revolusi dan kudeta secara seragam tidak signifikan, dan tidak mengurangi pentingnya variasi dalam kualitas angkatan kerja.

4. Kausalitas, Bagian B Mutu Hubungan Produktivitas
Kebingungan tentang kasalitas juga dapat timbul dari masalah variabel sederhana yang dihilangkan. Sampai-sampai aspek-aspek lain dari suatu negara mempengaruhi baik nilai dan keberhasilan ekonomi, langkah-langkah kualitas tenaga kerja mungkin hanya mewakili pengaruh yang benar. Sebagai contoh, jika pertumbuhan dikaitkan dengan pasar tenaga kerja yang lebih terbuka, negara-negara dengan pasar tenaga kerja yang lebih terbuka juga mungkin memiliki alokasi yang lebih baik dari pekerja untuk mengajar dan kinerja siswa sehingga lebih baik. Atau investasi dalam kesehatan individu dapat menyebabkan baik untuk produktivitas yang lebih tinggi dan pertumbuhan kinerja sekolah yang lebih baik. Contoh tersebut dapat menghasilkan jenis hubungan kualitas pertumbuhan bahkan ketika ketrampilan kognitif pekerja tidak mendorong pertumbuhan. Dan contoh pertumbuhan ekonomi dan efisiensi sekolah, tetapi di mana ukuran kualitas QL tidak masuk kedalam pertumbuhan.
Dari analisis menggunakan strategi yang berbeda. Berkonsentrasi pada kerja imigran di AS dan berhubungan variasi dalam pendapatan mereka untuk tindakan angkatan kerja berkualitas tidak menunjukkan perbedaan dalam produktivitas, tetapi hanyalah wakil untuk perbedaan lain dalam perekonomian masing-masing negara, dan dilihat tidak ada hubungan dengan perbedaan pendapatan imigran dalam ekonomi AS. Selain itu dengan membedakan dimana setiap pendidikan imigran diterima di negara-negara asal, di AS, atau kombinasi dari dua alah mungkin untuk menghubungkan ukuran  kualitas lebih dekat ke sekolah daripada karakteristik lain dari imigran, baik itu budaya, perilaku keluarga, atau apapun.
Untuk membangun sampel dari semua pekerja laki-laki yang lahir di negeri asing, berusia 25-60, dengan pendapatan paling tidak, 1000 USD pada tahun 1989 dari sensus 1990 penduduk 5 persen masyarakat menggunakan mikro file data (PUMS). Susunan data PUMS menyediakan informasi tentang 1989 penghasilan tenaga kerja, sekolah yang tercapai, umur, asal, dan usia masuk ke AS. Dua sampel yang tumpang tindih dibangun 1) mereka yang lahir di negara yang ukuran kualitas langsung yang tersedia (37 negara) dan 2) orang-orang dalam sampel tambahan yang menambahkan negara-negara yang ukuran kualitas diperkirakan (87 negara). Para OLS memperkirakan persamaan pendapatan dimulai dengan bentuk standart dari Mincer 1974, dimana pencatatan dari pendapatan tahunan menurun di tahun sekolah, pengalaman potensial (usia sekolah 6) dan perkaliannya menambahkan ukuran kualitas angkatan kerja berdasarkan negara asal. (QL2).
Apabila efek pertumbuhan kualitas tenaga kerja sebelumnya diperkirakan hanya tercermin beberapa faktor yang dihilangkan terkait dengan negara asal dan efisiensi pasar, maka tidak akan mengaharapkan untuk melihat efek produktifitas bagi imigran di ekonomi AS. Lebih lanjut, jika efek pertumbuhan cukup mencerminkan faktor budaya atau keluarga dan prestasi pendidikan dan efek ketrampilan, mengharapkan pengaruh pada produktivitas di ekonomi AS untuk menahan di mana sekolah berlangsung. Kita menginterpretasikan hasil dalam tabel 6 sebagai bukti yang konsisten yang tersedia bahwa ukuran kualitas angkatan kerja terkait pada produktivitas individu dan sinyal pengaruh kausal dalam hubungan pertumbuhan.
Namun demikian, sementara bukti kualitatif mendukung hubungan kasual antara perbedaan kualitas negara spesifik dan produktifitas individu, tidak ada cara sederhana untuk memahami efek produktivitas individu, yang berhubungan dengan tingkat pendapatan, ke dalam jumlah efek pertumbuhan. Banyak tergantung model tertentu pertumbuhan yang dipilh. Salah satu contoh pendekatan akan memodelkan efek prestasi seperti mempengaruhi jumlah pertumbuhan yang datang melalui konvergensi bersyarat berdasarkan tingkat  pendapatan awal. Dalam hal ini, besarnya relatif koefisien kualitas dan koefisien pada pendapatan awal meberikan perkiraan dampak kualitas pada kondisi mapan tingkat pendapatan parameter yang akan sebanding dengan parameter Mincer jika pertumbuhan pendapatan berasal langsung dari berbagai tingkat manusia mudal masukan. Perkiraan pertumbuhan ini bagaimanapun memberikan perkiraan yang jauh lebih besar dari efek kualitas yang ditemukan dalam estimasi pendapatan bagi imigran, menunjukkan bahwa lebih dari sekedar efek produktifitas langsung yang masuk ke dalam hubungan pertumbuhan.
Suatu pandangan alternatif dari perspektif model pertumbuhan endogen akan menghubungkan tingkat pertumbuhan dari modal manusia, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dalam hal ini ekternalitas yang kuat atau pertumbuhan endogen dalam hal jumlah saham kualitas angkatan kerja dalam hal penting dalam menilai hal ini, karena koefisien kualitas begitu besar dalam persamaan pertumbuhan, baik secara absolut maupun relatif terhadap jumlah sekolah, penekanan harus  pada posisi kekuatan eksternal terhadap kualitas yang berbeda dari orang-orang untuk kuantitas.

5. Kausalitas, Bagian C kepekaan terhadap Negara Asia Timur
Pengalaman pertumbuhan yang terkenal dari negara-negara Asia Timur selama periode pada sampel ini menimbulkan kekhawatiran bahwa hasil ini telah didominasi oleh negara negara di wilayah itu. Terlihat pada gambar 1, negara-negara timur asia cenderung untuk menilai tinggi pada tes internasional, sehingga ada kemungkinan bahwa skor tes hanya mengiedntifikasi negara-negara bahkan ketika kualitas angkatan kerja tidak berkaitan secara kausal dengan pertumbuhan.
Pada tabel 7 menunjukkan bukti tentang dampak dari negara-negara pada perkiraan hubungan pertumbuhan. Tabel ini juga membandingkan hasil untuk seluruh sampel dengan hasil yang datang dari berbagai termasuk subset negara asia. Tiga subset dari negara-negara Asia Timur yang eksplorasi yaitu empat harimau (Hongkong, Korea, Singapore dan Taiwan), berkinerja tinggi ( empat harimau ditambah Jepang), dan industri baru (berkinerja tinggi ditambah Indonesia, Malaysia, dan Thailand). Model ini diperkirakan baik untuk sampel ditambah (yaitu termasuk negara-negara dengan tes prediksi). Dalam kasus ini, efek negatif dari tingkat pendapatan awal yang signifikan menunjukkan konvergensi bersyarat, meskipun efek ini lebih kuat ketika negara-negara Asia Timur disertakan.  Efek kualitas pendidikan diperkirakan meningkat di beberapa negara-negara Asia Timur dikecualikan dari sampel yang lebih besar dan tidak menunjukkan perubahan yang konsisten ketika sampel dibatasi hanya untuk negara-negara dengan mengamati nilai ujian tetapi tidak pernah signifikan secara statistik.

6. Pentingnya Pengukuran Kualitas
Tindakan langsung dari angkatan kerja berkualitas, bagaimanapun memiliki dampak yang sangat berbeda yaitu kolom 4,5. Proporsi perbedaan dijelaskan ganda, mencapai hampir 40 persen. Selain itu, ukuran kualitas menggantikan kualitas dalam menunjukkan pentingnya modal manusia bagi pertumbuhan nasional.
Analisis sebelumnya telah berkonsentrasi pada variasi dalam tingkat pertumbuhan yang dapat dijelaskan oleh kondisi awal dan dengan kuantitas modal manusia. Pada saat yang sama, model ini sangat disederhanakan meninggalkan berbagai karakteristik ekonomi negara. Distribusi tingkat pertumbuhan yang diamati mencerminkan kombinasi dari “kondisi pertumbuhan” dan faktor yang tidak terukur, pada tabel 9 jelas bahwa pentingnya faktor terukur dan tidak terukur berbeda antar negara. Dengan mengambil efek diukur, dapat mengidentifikasi negara-negara yang tumbuh sangat cepat atau lambat mengejutkan diberikan manusia modal saham. Gambar 2 menampilkan distribusi presentase dari negara-negara dalam rata-rata   tingkat pertumbuhan tahunan selama periode 1960-1990. Gambar 3 menampilkan distribusi persentase setelah pengkondisian pada pendapatan awal dan kuantitas sumber daya manusia.

Kesimpulan
            Pertama, Sepanjang pertimbangan dari berbagai tingkat pertumbuhan nasional, salah satu kesimpulan yang paling kuat dan mudah diterima melibatkan sentralitas modal manusia suatu negara. Kesimpulan ini, namun, berasal dari model dengan spesifikasi yang sangat berbeda dari modal manusia. Hampir semua telah mengabaikan masalah kualitas, secara implisit mengasumsikan bahwa setiap variasi dalam kualitas modal manusia relatif kecil terhadap pentingnya dan variasi dalam jumlah murni modal manusia.
            Analisis secara eksplisit mempertimbangkan kualitas angkatan kerja yang diukur dengan tes perbandingan matematika dan ketrampilan ilmiah. Kesimpulan tunggal muncul dari spesifikasi penganalisisan yaitu kerja kualitas angkatan kerja memiliki hubungan yang konsisten, stabil, dan kuat dengan pertumbuhan ekonomi. Serangkaian investigasi langsung dari spesifikasi yang mendasar secara kualitatif tetap dengan interpretasi kausal. Hubungan pertumbuhan tidak muncul untuk menjadi hasil dari pertumbuhan yang menyebabkan kualitas yang lebih tinggi melalui investasi sumber daya di sekolah. Dan juga tidak kelihatan didorong oleh kinerja tes tinggi hanya yang berhubungan dengan negara-negara Asia Timur karena alasan ini juga mencapai pertumbuhan yang tinggi.Melihat dari langkah-langkah kualitas yang berhubungan dengan pendapatan imigran di AS, menemukan hasil tes internasional berkaitan dengan perbedaan produktivitas. Selain itu perbedaan-perbedaan produktivitas tampaknya berkaitan dengan perbedaan sekolah dan bukan faktor budaya, dukungan keluarga, sikap, maupun jenisnya. Ini berhubungan langsung terhadap produktifitas dampak kinerja ekonomi internasional kausal.
                Meskipun demikian perkiraan dampak kualitas pada pertumbuhan, menunjukkan bahwa penyimpangan satu standar dalam matematika dan ketrampilan ilmiah diterjemahkan kedalam lebih dari satu titik persentase pertumbuhan yang nyata, juga terlihat kemungkinan besar. Tidak ada cara sederhana dan disepakati untuk menerjemahkan perbedaan produktifitas mikro dari penghasilan individual menjadi efek bagi pertumbuhan ekonomi, sehingga sulit harus tepat.
            Kedua, Bahwa angkatan kerja perbedaan kualitas yang penting untuk pertumbuhan, terkait dengan pendidikan yang diterima disekolah (tapi belum tentu sumber daya yang ditujukan oleh suatu negara untuk sekolah), dan kualitas yang memiliki dampak kausal pada pertumbuhan. Pada saat yang sama, perkiraan sederhana lintas negara hubungan pertumbuhan muncul untuk melebihkan dampak kausal kualitas.
            Ketiga, Dilema kebijakan yang berbeda, karena kebijakan sekolah sumber daya standar tidak berhubungan dengan variasi dalam kualitas yang telah diidentifikasi. Dari investigasi lebih lanjut dari faktor-faktor yang mendasari membimbing perbedaan kualitas adalah sangat penting.