Sabtu, 26 Januari 2013

WANITA DALAM ISLAM

Wanita sejak dahulu kala merupakan salah satu persoalan yang sering dibicarakan orang, baik di negeri Timur maupun di Barat. adalah wajar, mengingat perubahan dan perkembangan yang telah terjadi dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain,  dirasakan dan dialami oleh berbagai bangsa di dunia ini.
Dunia Islam paling sedikit dua abad mengalami kebekuan, baik dalam bidang mental maupun perasaan dan karya. Kebekuan ini hanya menjadikan sosial mengganas. dunia Islam bisa "memanah" karya-karya budaya agung, demikian pula pikiran-pikiran kunonya, tanpa ada suatu tambahan apapun yang sesuai dengan  langkah kemajuan zaman dan kehidupan (Muh. Quthb:1986:8).
Kemudian barulah dunia Islam terperangah akibat goncangan hebat persendian kehidupan umat Islam. Di tengah goncangan hebat yang ditimbulkan oleh kaum penjajah bangsa Barat terhadap dunia Timur banyaklah budaya kuno dengan alam pikiran dan norma kepercayaanya yang telah hancur berantakan.

A. Kedudukan Wanita dalam Perspektif Historis
Revolusi industri di Inggris, secara historis terjadi antara tahun 1760-1830. Tetapi ini hanya sekedar pembatasan istilah yang menunjukkan saat perpindahan dari alat tangan biasa kepada alat yang digerakkan oleh tenaga uap. Namun pergolakan sosial dan psikologis yang ditimbulkan oleh revolusi industri tidak terhenti pada tahun 1830 saja. Bahkan pada waktu itulah justru pergolakan sosial mengganas.
Sebelum revolusi industri para tuan tanah dalam menghadapi revolusi para petani yang dianggap sebagai ahklak, binatang ternak yang tidak terhormat terpaksa melepaskan mereka dari belenggu perbudakan. Setelah mereka terlepas dari belenggu perbudakan itu, maka orang-orang desa pria, wanita datang berduyun-duyun ke kota untuk menghirup udara kota sambil bekerja di pabrik-pabrik. Dan di kota sejak dulu terdapat pelacuran. Setelah penghidupan dapat diandalkan mulailah mereka hidup berfoya-foya di lokalisasi pelacuran tersebut. Dan jadilah pelacuran itu dengan segala manifestasinya sebagai kebiasaan baru kehidupan di kota.Pengaruh revolusi industri tidak terbatas pada sosial memorak porandakan ikatan budaya dan ahklak saja, tetapi juga mengeksploitasi buruh dan wanita dengan semena-mena, memberikan upah yang sangat kecil tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimal buruh sehari-hari. Mempekerjakan buruh wanita di pabrik-pabrik menimbulkan dua peristiwa besar dalam kehidupan di Eropa antara lain :1.Longgarnya tali ikatan kekeluargaan, baik sebagai isteri maupun sebagai ibu, setelah mereka menjadi buruh pabrik
2. Rusaknya akhlak wanita karena berbagai faktor
    a. Hukum di Eropa pada waktu itu tidak memberikan suatu penghargaan apapun kepada kaum wanita atau memberinya hak-hak sipil dan ekonomi.
      b. Wanita tidak mempunyai hak untuk memiliki sesuatu, tidak berhak belajar, tidak boleh mengemukakan pendapat atau bermitra sejajar dengan pria. Demikianlah dalam pandangan kaum wanita itu sendiri kemerdekaan ekonominya telah disertai oleh "kebebasan" seksualitasnya. Artinya bebas dari ikatan agama, akhlak dan adat istiadat. Kemudian semua itu disebutlah suatu "kemajuan" yang membebaskan kaum wanita dari belenggu yang membelitnya (Abu Hasan Ali Nadwi: 1990:142-143).

B. Kedudukan Wanita dalam Pandangan Islam
     Islam telah membebeaskan wanita dari masalah jahiliah yang sangat gelap menuju cahaya kebenaran dan    kebebasan (Baidlowi Syamsuri, 1993:24-26).
Perhatian Islam terhadap wanita, bahkan dalam Al-quran terdapat dalam surah An-nisa dan surah lainnya untuk menunjukkan betapa pentingnya sikap Islam dalam menghormati dan menetapkan kedudukan dan peranan kaum wanita, serta menegaskan, bahwa sama sekali tidak ada perbedaan dengan kaum pria (Al-Hujurat, 13).
Manusia yang berasal dari segumpal tanah liat yang ada di bumi, baru menjadi mulia dan terhormat setelah adanya ruh dari Allah (Shaad, 71-72, As-Syams: 7-10).
Manusia dengan eksisitensinya atas dua  unsur yang dipadukan itu (membaur), selalu berada dalam keadaan terhormat, tidak bernoda, selama ia berjalan selaras dengan fitrahnya, bersikap tanggap dengan eksistensinnya yang asli tanpa melakukan penyimpangan, kezholiman baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian terangkatlah harkat dan martabat kaum wanita. Didalam keluarga, mendapat kasih sayang dari orang tua, rumah tangga, dan mendapat hak dan kewajiban, juga menampilkan kemitraan yang ideal dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Dalam berorganisasi berhak untuk mengeluarkan pendapat serta aspirasi, dalam berbangsa dan bernegara dapat ikut andil menyumbangkan ketrampilan dan kemampuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar